Jam

Sponsor

Jumat, 12 Januari 2018

ORIENTASI PERSEPSI


Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.

B.     Masalah
1.      Pengertian persepsi
2.      Sifat-sifat persepsi.
4.      Aspek-aspek persepsi





Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.
Proses pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono mengemukakan bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan cara berpikir serta keadaan perasaan atau minat tiap-tiap orang sehingga persepsi seringkali dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi antara 2 orang terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan) (Sarwono).
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Sedangkan Menurut Ruch, persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard  mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera.
Persepsi terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
1.      Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi  bayi dan balita untuk memahami dunianya.
2.      Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3.      Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4.      Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciumanyaitu hidung.
5.      Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepai terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut persepsi sosial.

a)      Persepsi terhadap lingkungan fisik
Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1)      Latar belakang pengalaman
2)      Latar belakang budaya
3)      Latar belakang psikologis
4)      Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
5)      Kondisi factual alat-alat panca indera di mana informasi yang sampai kepada orang itu adalah lewat pintu itu
b)      Persepsi terhadap manusia
Persepsi terhadap manusia atau persepai sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Setiap orang memilki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Dengan kata lain, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap lingkungan sosialnya.

1.      Persepsi Bersifat Dugaan
Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap lewat kelima indera kita.
Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan menyediakan informasi yang hilang.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperolah suatu makna lebih umum.
2.      Persepsi Bersifat Evaluatif
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl Rogers, “individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual ini, bagi individu tersebut, adalah realitas”.


3.      Persepsi Bersifat Konstektual
Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga persepsi kita. Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut:
a.       Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapannya
b.      Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar belakangnya
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
a.       Konstansi (menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
b.      Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan diserap.
Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.

Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1)      Pelaku persepsi (perceiver).
2)      Objek atau yang dipersepsikan.
3)      Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan.
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi, yaitu:
a.       Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b.      Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c.       Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d.      Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.



Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1.      Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2.      Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3.      Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.





Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan dan manusia lainnya. Dalam berkomunikasi, manusia menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat memberikan respon dari stimulus tersebut melalui panca indera yang dimilikinya. Namun dari stimulus-stimulus yang sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Alat-alat indera yang dimiliki manusia menyebabkan manusia mampu berpikir, merasakan, dan memiliki persepsi tertentu mengenai dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya persepsi adalah penangkapan stimulus oleh alat-alat indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat penting.

B.     Saran
Di sarankan kepada pembaca makalah ini agar dapat memperkaya pengetahuan tentang persepsi tidak hanya dari satu sumber saja, tetapi dari multi sumber, sehingga variasi pengetahuan akan berbeda. Kemudian, makalah ini bukanlah sebuah makalah yang sempurna oleh karena itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan di masa yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan JiwaJakarta : EGC, 1995

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan JiwaBandung: PT Refika Aditama.

 Depkes, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.1995.Jakarta; depkes



ASKEP JANTUNG KORONER

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
                 Penyakit  kardiovaskuler  merupakan  ancaman  paling  serius  pada kehidupan  dan  keselamatan  manusia.  Penyakit  kardiovaskuler  saat  ini menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. Survey kesehatan rumah tangga yang dilakukan secara berkala oleh Departemen Kesehatan  menunjukkan  bahwa  penyakit  kardiovaskuler  memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kematian pada tahun 1993dan meningkat menjadi 24,4% pada tahun 1998.
             Salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering terjadi adalah infark miokard akut (IMA). Sebagian besar kematian pada infark miokard akut terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah muncul gejala. Setiap tahun  1.500.000 orang  mengalami  infark  miokard  yang mengakibatkan 540.000 kematian 2/3 dari semua kematian kardiovaskuler dihubungkan dengan arteriosclerosis dan ½ kematian terjadi dalam 2 jam dari gejala awitan dan sebelum dirawat di Rumah Sakit .
             Miokard infar disebabkan oleh iskemik yang lama akibat ketidak seimbangan antara suplay O2 dengan kebutuhan. Iskemik yang lama ini menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki lagi sehingga menyebabkan  kematian  otot.  Banyak  faktor  yang  dapat  berkontribusi terhadap ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplay O2, penyebab paling sering adalah trombosis pada arteri koroner.
Berdasarkan hasil penelitian Dewood dan teman-temannya bahwa 87% pasien yang mengalami onset gejala miokard infark dalam 4 jam I, sudahterbentuk sumbatan thrombus dan insiden sumbatan oleh thrombus dapat menurun sampai dengan 655 dalam 12-24 jam jika mendapat penanganan yang tepat.
Untuk menurunkan angka kematian akibat ini, kesadaran masyarakatdalam mengenali gejala-gejala infark miokard akut dan kesigapan untuk segera membawa penderita ke fasilitas kesehatan terdekat perlu ditingkatkan. Selain itu petugas kesehatan juga dituntut untuk terlatih menangani penderitasesuai dengan strategi penatalaksanaan yang baik.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengangangguan system kardiovaskuler.
2.      Tujuan Khusus
Dapat  melakukan  pengkajian,  mendiagnosa,  merencanakan  dan mengmplementasikan rencana asuhan yang sudah dibuat serta dapatmelakukan  evaluasi  pada  pasien  dengan coronary  arteri  disease (CAD).





BAB II
PEMBAHASAN

1.      Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit yang dapat di cegah dengan mengendalikan factor resiko yang sebagian besar merupakan prilaku gaya hidup. (Kapita Selekta Jilid 2 hal 223)
Penyakit Jantung Koroner adalah disebabkan oleh aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan degeneratif yang dipengaruhi oleh adanya faktor resiko.(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I)
Penyakit Jantung Koroner(PJK) adalah suatu penyakit pada jantung yang terjadi karena adanya kelainan pada pembuluh koroner,berupa penyempitan pembuluh darah sebagai akibat dari pengerasan dinding pembuluh darah oleh adanya penimbunan lemak berlebih (www.Promosi Kesehatan.Com).
2.      Anatomi-fisiologi jantung
Jantung  terletak  di  dalam  rongga  mediastinum  dari  rongga dada (toraks), diantara kedua paru.  Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang terdiri atas 2 lapisan :
a.       Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melkat pada tulang dadadan selaput paru.
b.      Perikardium viselaris, yaitu lapisan permukaan dan jantung itu sendiri,yang juga disebut epikadrium.
Diantara kedua lapisan tersebut, terdapat sedikit cairan pelumas yang berfungsi  mengurangi  gesekan  yang  timbul  akibat  gerak  jantung  saat memompa. Cairan ini disebut cairan pericardium.
STRUKTUR JANTUNG
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yakni:
1.      Lapisan luar disebutepikadrium atau perikadrium viselaris.
2.      Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebutmiokardium.
3.      Lapisan dalam disebut pericardium.
Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebutventrikel (bilik).
a.      Atrium
1)      Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darahyang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena dan kava superior, vena kava inferior. Serta sinuskoronarius  yang  berasal  dari  jantung  sendiri.  Kemudian  darahdipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru.
2)      Atrium kiri menerima darah yang kaya oksige kedua paru melalui4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri,dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat, yang disebut septum atrium.


b.      Ventrikel
Permukaan  dalam ventrikel  memperlihatkan  alur-alur otot yang disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut muskuluspapilaris dihubungkan dengan tepi daun katup atrioventikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.
1)      Ventrikel  kanan  menerima  darah  dari  atrium  kanan  dandipompakan ke paru-paru   melalui arteri pulmonalis.
2)      Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta.
Katup-katup Jantung
a.       Katup artrio ventikuler 
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katupatrio-ventrikuler. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan ventrikelkanan  mempunyai  tiga  buah  daun  katup,  disebut katup  tricuspid. Sedangkan katup yang letaknya diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai  dua  buah  daun  katup,  disebut katup  mitral.  Katup artrio ventikuler memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastole fentrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistol ventrikel (kontraksi).




3.      Manifestasi klinis
a.       Sesak napas mulai dengan napas yang terasa pendek sewaktu melakukan aktivitas  yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan aktivitas ringan.
b.      Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi selama atau setelah olah raga Peka terhadap rasa dingin
c.       Perubahan warna kulit.
d.      Nyeri dada kiri seperti ditusuk-tusuk atau diiris-iris menjalar ke lengan kiri.
e.       Keringat dingindan berdebar-debar
f.        Dada rasa tertekan seperti ditindih benda berat, leher rasa tercekik.
g.      Denyut jantung lebih cepat
h.      Mual dan muntah
i.        Kelemahan yang luar biasa

4.      Etiologi
Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan lain-lain yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius,dariAngina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
a.       Kolesterol Total dan LDL tinggi
b.      Kadar Kolesterol HDL rendah
c.       Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
d.      Merokok
e.       Diabetes Mellitus
f.        Kegemukan
g.      Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
h.      Kurang olah raga
i.        Stress
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan).Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
a.       Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
b.      Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991). 
c.       Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada. Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).
  











5.      Patofisiologi

6.      Komplikasi
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark myocardium(kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup, Angina pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia, Gagal jantung kongestif, Tekanan Darah Tinggi (hipertensi),  Diabetes.

7.      Penatalaksanaan
      Penatalaksanaan dibagi menjadi dua macam,yaitu:
A.    Umum
1.      Penjelasan mengenai penyakitnya; pasien biasanya tertekan, khawatir terutama untuk melakukan aktivitas.
2.      Pasien harus menyesuaikan aktivitas fisik dan psikis dengan keadaan sekarang
3.      Pengendalian faktor risiko
4.      Pencegahansekunder.
Karena umumnya sudah terjadi arteriosklerosis di pem-buluh darah lain, yang akan berlangsung terus, obat pencegahan diberikan untuk menghambat proses yang ada. Yang sering dipakai adalah aspirin dengan dosis 375 mg,160 mg,80mg.
5.      Penunjang yang dimaksud adalah untuk mengatasi iskemia akut, agar tak terjadi iskemia yang lebih berat sampai infark miokardium.Misalnya diberi O2.
    



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan
a.       Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
b.      Sirkulasi
1)      Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
2)      Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
3)      Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
4)      Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
5)      Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
1)      Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul  dengan gagal jantung.
2)      Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.

c.       Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d.      Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
e.       Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f.        Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
g.      Kenyamanan
1)      Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.
2)      Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
3)      Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
h.      Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
i.        Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j.        Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.

Diagnose keperawatan
1.    Nyeri berhubungan denganpenumpukan asam laknat  ischemia miokardium.
2.    Gangguan rasa aman : Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
3.    Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung, perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)

2. Intervensi
No
Diagnose keperawatan
tujuan
intervensi
Rasional

Nyeri berhubungan
Denganpenumpukan asam laknat  ischemia
miokardium
Setelah dulakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam pasien tidak mengalami nyeri dengan keriteria:
–       Pasien tidak mengeluh nyeri dada
–       Pasien tampak tenang dan dapat beristirahat
–       TTV dalam batas normal
–       Tekanan darah: 110-120/60-80 mm Hg
–       RR: 16 -20 X /menit
–       HR : 60 -100X . menit
–       T: 36,5-37,5 c
Keluaran urin baik yaitu 1-2 cc /kg bb /jam
1. kaji dokumentasi dan laporakan :
a. keluhan pasien mengenai nyeri dada meliputi lokasi, radiasi durasi nyeri dan factor yang memmpengaruhi nyeri
 b. efek nyeri dada pada perfusi hemodinamik kardiovaskuler terhadap jantung,otak,ginjal.































2. monitoring EKG






3. monitoring TTV






4. Berikan O2 sesuia kondisi pasien


5. berikan posisi semifowler .


6. Anjurkan pasien untuk bedrest total selama nyeri dada timbul.
7. berikan lingkungan yang tenang aktifitas perlahan dan tindakan yang nyaman .

8. Berikan terapi sesuai program
1. Data tersebut dapat membantu menentukan penyebab dan efek nyeri dada serta merupakan garis dasar untuk membandingkan gejala pasca terapi :
a. terapi terdapat berbagai kondisi yang berhubungan dengan nyari dada terdapat temuan klinik yang khas pada nyeri dada iskhemik
b. Infark mikard menurunkan kontraktilitas jantung dan komplience ventrikel dan dapat menimbulkan disritmia (curah jantung menurun) mengakibatkan tekanan darah dan perkusi jaringan menurun frekuensi jantung dapat meningkat sebagai mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung.

2. Mengetahui adanya perubahan gambaran EKG dan adanya komplikasi AMI.
3. Peningkatan TD HR,RR, menandakan nyeri yang sangat di rasakan oleh pasien.
4.  Terapi O2 dapat meningkatkan suplay O2 ke jantung ,

5. Membantu memaksimalkan komplience paru.
6. Menurunkan konsumsi O2.



 7. Menurunkan rangsang eksternal.
  




8. Untuk proses penyembuhan pasien.

2.
Gangguan rasa aman : Cemas b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam pasien menunjukan:
-Pasien ataupun kel;uarga tenang
-pasien dan keluarga dapat mengetahui dan menyebutkan kembali tentang penyakit yang di derita pasien cara pencegahan dan perawatannya.
1. berikan penjelasan tentang factor-faktor resiko timbulnya CAD : merokok, diet tinggi kolesterol , DM , Hipertensi , stress.



2. berikan dukungan emosional: sikap hangat dan empati

3. Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga.










4. Berikan penjelasan tentang perawatan pasien dirumah :
-  Pengaruh CAD
-  Proses penyembuhan
-  Jenis-jenis pengobatan
-  Pengaruh obat-obatan
-  pembatasan diet : rendah kolesterol
-olahraga 3/ seminggu : jogging , aerobic
-  stop merokok
-  manajement stress
-  saat BAB tidak mengejan


5. Kaji ulang tingkat cemas
1. dengan mengetahui faktor resiko , pasien dan keluarga dapat mencegah dan memodifikasi gaya hidup yang lebih sehat.



2. pasien akan meraas dihargai.



3. Dengan mengetahui prosedur pasien dan keluarga akan berpartisipasi dalam melakukan tindakan disamping itu juga dapat menurunkan tingkat cemas pasien.

4. meningkatklan pengetahuan pasien dan keluarga   sehingga keluarga dapat mengantisipasi serangan ulang.

















5. Untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat keberhasilan dari intervensi yang telah dilakukan.
3
Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung, perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)

setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil:
        Frekuensi jantung meningkat
        Status Hemodinamik stabil
        Haluaran Urin adekuat
        Tidak terjadi dispnu
        Akral Hangat

1.   Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung.




2.   Catat bunyi jantung.
  










3.   Palpasi nadi perifer.
     







4.    Pantau tekanan darah.








5.   Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau konsentrasi urine.








6.   Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi.




7.    Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.





8.    Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat diuretic dan cairan.

1. Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas jantung.

2. S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau stenosis katup.

3. Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.

4. Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.

5. Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi pada proses pengeluaran urine.

6. Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.



7. Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.

8. Membantu dalam proses kimia dalam tubuh







DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.

Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta.

Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.

Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.

Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.

Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and It’sComplication.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta











ORIENTASI PERSEPSI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif...

Sponsor